Pages

Senin, 03 September 2007

Di Balik Peluncuran 50 Perguruan Tinggi Unggulan Dikti

Di Balik Peluncuran 50 Perguruan Tinggi Unggulan Dikti
Agar PT Tak Terlena Status Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional merilis daftar 50 besar perguruan tinggi (PT) unggulan 2006 di Nusantara. Sebanyak 28 PT negeri (PTN) dan 22 PT swasta (PTS) tercatat di dalamnya. Anehnya, beberapa PTN bergengsi yang selama inimenjadi fafvorit tak masuk daftar.-------- KOMPETISI yang ketat. Itulah yang diharapkan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) terhadap perguruan tinggi (PT) baik negeri maupun swasta di tanah air. Keinginan Dikti tersebut tentu bukan tanpa alasan. Sebab, kualitas PT di Indonesia belum banyak dipercaya dunia internasional. Jamak diketahui, dari sekitar 2.700 PT di Indonesia, baru empat yang masuk daftar 500 besar PT dunia. Yakni Universitas Indonesia (250), Institut Teknologi Bandung (258), Universitas Gadjah Mada (270), dan Universitas Diponegoro (495). Fakta tersebut ditanggapi Dikti dengan sebuah ide pacuan persaingan PT di lingkaran nasional. Jika persaingan PT di dalam negeri sudah kompetitif, Dikti tak bakal kerepotan mencari PT berkualitas di Indonesia untuk ditampilkan di mata dunia. Akhirnya, pekan lalu rilis Dikti-yang sedianya diwartakan awal tahun-tentang 50 besar PT alias PT unggulan di Indonesia diluncurkan.Anehnya, beberapa nama PT favorit jujugan masyarakat, terutama PTN (perguruan tinggi negeri), tak masuk daftar. Tengok saja salah satu PTN unggulan Jawa Timur, Universitas Brawijaya. Atau Universitas Hassanudin yang telah mencetak banyak tokoh bangsa tak turut dalam daftar. Tak masuknya beberapa PTN tersebut tentu menimbulkan tanda tanya.Rektor Universitas Brawijaya, Prof Ir Yogi Sugito, kepada Radar Malang (Jawa Pos Group) beberapa waktu lalu bahkan mengaku heran. Adakah kriteria yang digunakan Dikti dalam menilai benar-benar akurat. "Ya, mungkin saja ada udang di balik batu," ungkap Yogi.Pertanyaan yang mungkin tak hanya menghinggapi Yogi itu dijawab tegas oleh Direktur Kelembagaan Dirjen Dikti Prof Dr Supeno Djanali. Dia mengatakan, penilaian 50 PT unggulan telah lama disiarkan Dikti, tepatnya pada Juli tahun lalu. Dari sekitar 2.700 PT di tanah air, 156 di antaranya dikirimi kabar untuk memasukkan profil kampus plus pencapaiannya selama ini. Dari jumlah itu, hanya 78 PT yang merespons. "Semuanya dibikin fair dengan kriteria yang jelas dan akurat," tutur Supeno. Kriteria penilaian tersebut dititikberatkan pada beberapa poin. Yakni jumlah hibah kompetisi yang didapat PT (30 persen), penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (25), dinamika mahasiswa (20), kerja sama internasional (15), dan fasilitas kampus (10). "PT yang benar-benar memenuhi syarat dan memasukkan profil pasti masuk unggulan," lanjut pria yang hingga kini masih aktif mengajar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu.Nah, soal memasukkan profil seperti yang diminta Dikti itulah yang rupanya menjadi salah satu penyebab absennya beberapa PTN favorit. Supeno mengakui bahwa beberapa PTN tak setor data yang diminta Dikti. "Kalau mengusulkan saja tidak, bagaimana bisa masuk," katanya. Respons itulah yang sebenarnya ingin dilihat Dikti. PTN yang "terlena" dengan kenegeriannya sudah seharusnya dibangunkan. Mengutip kata-kata Supeno, perlu di-shock therapy. PTN harus mulai paham bahwa persaingan pendidikan tinggi tak bisa dipandang sebelah mata. PTN harus mulai memperhitungkan kualitas PTS yang kini tak kalah dengan kampus negeri. Segala pencapaian universitas harus disusun rapi dan siap ditunjukkan ke khalayak luas.Tujuan menyusun 50 Promising Indonesian Universities itu pun bukan tanpa maksud. PT yang telah masuk daftar disusun profilnya satu per satu dan dibukukan dalam sebuah direktori berbahasa Inggris. Supeno mengatakan, Dikti telah membawa 50 PT tersebut ke berbagai negera, termasuk Amerika Serikat dan Jerman. Atase pendidikan dan kebudayaan Indonesia di berbagai negara pun dititipi profil ke-50 PT tersebut agar bisa dimunculkan di setiap pameran pendidikan di berbagai negeri.Tak berhenti di situ, Dikti juga menyebarkan profil ke berbagai Industri. Tujuannya tak lepas dari jalinan kerja sama dan menunjukkan kualitas PT yang erat kaitannya dengan mutu lulusan. Oleh karena itu, PT yang ingin masuk daftar tidak boleh "malas" mengaudit hasil kerjanya. "Kalau tahun ini (2006, Red) tidak masuk, tunjukkan tahun depan. Kalau memang benar-benar berkualitas, pasti masuk," tantangnya. Daftar 50 besar PT unggulan Indonesia memang akan digarap Dikti tiap tahun. Perubahan daftar sangat dimungkinkan terjadi. Tahun depan Dikti akan menjaring 300 PT untuk diikutkan dalam "kompetisi" unggulan tersebut. Sebanyak 100 PT akan dipilih sebagai PT unggulan. Menurut Supeno, sudah saatnya kini PT Indonesia menanggapi serius tantangan persaingan pendidikan global. (anita rachman/titik andriyani)
Senin, 30 Juli 2007, http://www.jawapos.co.id

Tidak ada komentar: